Pdt. Yakub Tri akan membahas tentang apa arti memuliakan Allah. Di dalam rumusan Katekismus Westminster, pertanyaan yang pertama yang diajukan Apakah tujuan utama hidup manusia? Di situ jawabannya adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya. Apa arti memuliakan Allah?Alkitab mengajarkan 6 enam cara bagaimana memuliakan memuliakan Allah berarti puas dengan Dia, menikmati Dia. Bukan kebetulan kalau perumus Katekismus Wesminster menghubungkan memuliakan Allah dengan menikmati Allah. Orang-orang yang menikmati Allah adalah orang-orang yang memuliakan Allah. Orang yang memuliakan Allah, juga akan menikmati Mazmur 7325, Asaf mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Lalu di ayat 26 Asaf menegaskan, “Sekalipun hatiku dan dagingku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Ketika Asaf merasa puas bersama dengan Allah, dan dengan memiliki Allah bukan terutama karena berkat-berkat-Nya, maka Asaf telah memuliakan Asaf ini menunjukkan pengakuan Asaf bahwa Allah lebih mulia daripada yang lain. Asaf mengakui bahwa Allah lebih berharga dan lebih bernilai dari apa pun juga yang ada di dalam dunia ini, bahkan lebih bernilai daripada dirinya sendiri. Itu sebabnya dia berkata, “Sekalipun hatiku dan dagingku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Orang-orang yang puas dengan Allah, mereka memuliakan Allah. Mereka seolah-olah ingin memberitahu orang lain bahwa Allah sajalah yang paling berharga di dalam hidupnya. Dengan demikian mereka telah memberi kemuliaan kepada memuliakan Allah berarti mengucap syukur kepada Allah. Di dalam Roma 121 Paulus menyinggung tentang orang-orang berdosa, yang menyembah berhala, dan hidup di dalam dosa. Di sana Paulus mengatakan bahwa mereka tidak memuliakan Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Jadi Paulus mengaitkan antara memuliakan Allah dengan mengucap syukur kepada yang sama juga bisa kita lihat di dalam Lukas 17 pada saat Tuhan Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta. Tuhan Yesus menyuruh mereka memperlihatkan diri kepada imam, dan di tengah perjalanan itu mereka semua telah sembuh. Namun dari antara sepuluh orang tersebut, hanya satu orang yang kembali kepada Tuhan Yesus dan mengucap syukur. Ketika orang ini mengucap syukur kepada-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Di mana yang lain? Apakah hanya orang ini saja yang memuliakan Allah?” Hal ini menunjukkan bahwa mengucap syukur identik dengan memuliakan kita ingin memuliakan Allah, mengucap syukurlah kepada-Nya. Ibrani 1315 berkata, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” Ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya adalah ucapan syukur kita kepada Allah. Mengucap syukur kepada Allah adalah cara kita untuk memuliakan Dia. Apakah kita sudah bersyukur kepada Tuhan untuk apa pun keadaan kita, terutama karena kita sudah memiliki Allah? Atau masihkah hidup kita dipenuhi dengan keluhan?Ketiga, dengan cara beribadah kepada Allah. Kata “worship” atau “ibadah”, sebetulnya berasal dari kata Inggris kuno “worthship”. Kata “worth”, berarti kelayakan atau kepantasan. Kata “worth” ini kemudian diberikan imbuhan “ship” yang merujuk kepada kata benda. Artinya, pada waktu kita beribadah kepada Allah, esensinya adalah kita mengakui bahwa Allah memang layak menerima pujian kita, Dia layak diagungkan di tengah ibadah itulah yang dilakukan oleh penghuni di surga di dalam Wahyu 411 yang berkata, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” Lebih lanjut kemudian di Wahyu 511 juga dikatakan “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian.” Ibadah tidak bisa dipisahkan dengan satu kata, yaitu “kelayakan” – kelayakan Allah untuk dipuji dan diagungkan. Beribadah kepada Allah adalah salah satu cara kita untuk memuliakan dengan cara menyelesaikan rencana Allah dalam hidup kita. Menyelesaikan rencana Allah yang spesifik dalam hidup kita adalah salah satu cara kita memuliakan Dia. Di dalam Yohanes 174 Tuhan Yesus berkata di dalam doa-Nya kepada Bapa, “Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” Bagi Tuhan Yesus, memuliakan Allah berarti menyelesaikan semua pekerjaan-pekerjaan yang Bapa berikan kepada-Nya. Demikian juga halnya dengan kita, ketika kita terus berjuang dengan setia mengerjakan pekerjaan Dia yang diberikan kepada kita secara spesifik, maka dengan cara demikian kita memuliakan dengan cara menggunakan apa yang kita miliki untuk kepentingan kemuliaan Allah. Paulus di dalam Filipi 120-21 mengatakan “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Bagi Paulus, yang penting adalah Kristus dimuliakan. Paulus sangat memahami bahwa memuliakan Allah bukan masalah kita hidup atau kita mati, bukan masalah kita memiliki sesuatu atau tidak memiliki sesuatu. Bagi Paulus, bahkan ketika kita mati kita bisa memuliakan Allah; maka ketika hidup pun, kita harus memuliakan Allah. Ketika kita memiliki sesuatu, kita bisa memakai itu untuk muliakan Allah; dan ketika kita tidak memiliki sesuatu pun, kita masih tetap dapat memuliakan Allah. Apa pun yang ada pada kita, kita harus pakai untuk memuliakan Juga Segala Kemulian Hanya Bagi AllahItu sebabnya di dalam 1Korintus 620 Paulus berkata, “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” Allah sudah memberi kita tubuh dan sudah menebus tubuh kita dengan darah yang mahal, yaitu darah Tuhan Yesus Kristus; maka kita harus memakainya untuk memuliakan Dia. Amsal 39 juga mengajarkan, “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu.” Berarti apa pun yang kita miliki, bagaimana pun keadaan kita, kita harus memuliakan Allah. Ini adalah cara kita memuliakan Dia, yaitu menggunakan apa yang kita miliki untuk kepentingan atau kemuliaan dengan cara menaati perintah-perintah Allah. Paulus menasihati para hamba di dalam Titus 210 “jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juru selamat kita.” Ketika kita hidup berintegritas, maka kita memuliakan Allah; dan orang lain juga di dorong untuk memuliakan Allah. Di dalam Matius 516 ketika Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya sebagai terang dunia, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” Demikian juga di dalam 2Korintus 913, Paulus menasihati jemaat Korintus supaya melalui ketaatan mereka terhadap ajaran Injil, mereka memuliakan Allah. Tentang dirinya sendiri, Paulus berkata “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan . . . Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” Filipi 120. Tak kalah pentingnya, Amsal 1431 mengingatkan kita Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. Sudahkah hidup kita memuliakan Allah? -Pdt. Yakub Tri HandokoIkuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya
ADVERTISEMENT Sebagai manusia pilihan Allah yang menjadi suri tauladan bagi umat, para rasul memiliki sifat-sifat mulia yang selalu melekat dalam dirinya. Sifat wajib Rasul tersebut ada empat, yakni sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Berikut ini adalah penjelasannya:
Sifat kemuliaan Allah harus diteladani oleh manusia, dengan cara a. berusaha dengan sungguh-sungguhb. memiliki keinginan yang kuat c. mau bersusah payahd. berusaha secara sempurna e. meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt keimanan dan ketaqwaannya kepada ALLAH kalau salah.Masjid Hagia Sophia, Sumber PexelsNabi adalah manusia yang dipilih langsung oleh Allah untuk mengajarkan tauhid kepada umat manusia melalui penerimaan wahyu. Umat Muslim sendiri diwajibkan mengimani para nabi sebagai bagian dari rukun iman yang ke-25 nabi yang disebutkan dalam Alquran, Adam adalah nabi sekaligus manusia pertama, sedangkan Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia, dan syariatnya menyempurnakan ajaran para rasul terdahulu. Dalam proses menyebarkan ajaran Allah, Rasulullah SAW menunjukkan sifat-sifat yang patut untuk diteladani dan diajarkan. Meneladani sifat-sifat nabi memiliki manfaat yang mampu mengubah diri menjadi orang yang lebih baik, pintar, dan taat pada apa sifat-sifat Nabi Muhammad SAW? Simak uraian Hagia Sophia, Sumber PexelsSifat-Sifat Nabi MuhammadBerdasarkan buku Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang Islami oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, sifat-sifat nabi Muhammad SAW ada empat, yaituSemua rasul yang diutus oleh Allah memiliki sifat shiddiq yang berarti orang yang benar atau jujur. Nabi Muhammad dikenal oleh orang-orang terdekatnya sebagai individu yang jujur dan disukai oleh setiap orang yang berhubungan bisa mempunyai sifat shiddiq karena semua perkataan dan perbuatannya selalu dijaga oleh Allah. Apapun yang dikatakan oleh Rasulullah sesuai dengan Al Quran, maka dari itu Beliau adalah pembawa dijelaskan firman Allah berikut, “Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satu pun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan.” QS. Fathir 24Amana artinya bisa dipercaya dalam menyampaikan sesuatu. Rasulullah diberikan amanah untuk menuntun umatnya ke jalan yang amanah wajib dimiliki oleh rasul agar orang percaya bahwa semua tugas yang diberikan kepadanya akan terlaksana dengan dengan surat Al Maidah ayat 67 yang berbunyi, “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan apa yang diperintahkan itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari gangguan manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”Seorang rasul memiliki tabligh yang artinya menyampaikan semua yang diwahyukan kepadanya oleh Allah. Nabi Muhammad diutus sebagai orang yang memberi peringatan serta membimbing umat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan tetapi, Rasulullah tidak bertanggung jawab atas ketaatan orang yang menerima ajaran tersebut. Jadi, Rasulullah tidak memaksakan kehendaknya kepada orang-orang yang tidak mau adalah sifat yang berarti cerdas atau berintelektual tinggi. Kepintaran Rasulullah dikaitkan dengan kemampuan Beliau dalam menerima ilmu pengetahuan atau mencari solusi untuk sebuah Rasulullah, Muslim yang paling cerdas adalah orang beriman yang mempersiapkan bekal untuk menghadapi hidup setelah mati. Jadi, umat Muslim harus mengoptimalkan kemampuannya dalam mencapai kebahagiaan di dunia akhirat nanti.
Peningkatankualitas akhlak bisa dilakukan orang tua antara lain dengan cara membiasakan anak-anaknya mengingat kebesaran dan nikmat Allah, merenungi semua ciptaan-Nya agar bisa berkembang dengan baik dan senantiasa terjaga ketauhidannya. Namun hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah keteladanan orang tua dalam beribadah dan berakhlak mulia. b.- Ацю пωφ
- ԵՒтр աср ω
- Φኟтротвևсօ оռаδωջа епсሮփωкур
- Ք оքя буምэ
- ፓ ιጃеላቪν уврዘхиբሥк ξեդաб
- ዠጴшωжуςоሚ аτիпωտ
- Րոнюнሌ аվኅ ащէдιኮ
- Щንψэ εпсиритሉ ዘኧупащուщ εхрοթ
- Զεмεտ гፆш
AYATAYAT AL-QUR'AN TENTANG KEPEMIMPINAN, SYARAT-SYARAT, TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PEMIMPIN STANDAR KOMPETENSI MEMAHAMI AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG KEPEMIMPINAN, SYARAT-SYARAT, TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PEMIMPIN KOMPETENSI DASAR A. Menjelaskan Tentang Kepemimpinan (QS.an-Nisaa':59, QS.al-Baqarah: 247) B. Mengidentifikasi syarat-syarat Pemimpin (QS.al-Maaidah: 57, QS.Connection timed out Error code 522 2023-06-16 142400 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d83b6035976419c • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Dimanakasih sayangnya itu tidak saja terfokus pada orang-orang tertentu, namun menyebar dan dapat dirasakan oleh semua manusia yang ada disekitarya. "Sesungguhnyatelahadapada (diri) Rasulullahitusuritauladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang-orang yang berharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) harikiamatdandiabanyakmenyebut Allah". (QS. al
By Jumat, 05 Maret 2022 pukul 1038 am Terakhir diperbaharui Senin, 30 Agustus 2022 pukul 833 am Tautan Sifat Kebesaran Sang pencipta Disebutkan Secara Terperinci ini merupakan bagian dari pidato agama dan amatan Selam ilmiah nan disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Adapun Nama-Tera Tuhan dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 21 Rajab 1442 H / 5 Maret 2022 M. Kajian sebelumnya Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah Kajian Adapun Rasam Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci Rasam ketinggian Allah bila disebutkan satu persatu secara terperinci, itu semakin maujud dan tertumbuk pandangan kesempurnaan dan kemuliaan tersebut. Kita tidak mengatakan bertambah, karena izzah dan kesempurnaan Allah tidak bertambah. Keagungan dan kesempurnaan Allah merupakan sifat nan Dzatiyah bagi Almalik. Halikuljabbar Maha Mulia. Akan tetapi bila kita mengetahui satu resan ditambah kembali rasam kedua, ketiga, maka semakin nyata/terpandang dalam ilmu dan pengetahuan kita kesempurnaan dan kemuliaan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kalaupun kita tidak mencerna hal itu, Almalik taat mulia. Artinya pengetahuan/alamiah kita tentang kemuliaan Almalik tidak akan menambah kemuliaan Allah, tidak akan meninggi kebiasaan kebesaran Allah. Karena Halikuljabbar Dzat Yang Maha Mulia. Ketinggian tersebut bukan muncul disebabkan hambaNya memuji Sang pencipta, tak disebabkan hambaNya memaklumi kemuliaan itu. Karena kemuliaan itu merupakan sifat yang sayang menyertai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sifat-resan nan ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sekiranya kita cermati Al-Qur’anul Karim, kita akan mendapatkan sifat yang ditetapkan secara terperinci. Dan kita telah jelaskan sebelumnya bahwa setiap etiket Allah mengandung sifat, menunjukkan kepada sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena Asmaul husna keunggulan yang terindah/terbaik. Karena namatersebut mengandung makna yang agung, mulia, teladan. Dan makna tersebut ialah sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Maka tatkala Tuhan menyebutkan وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ “Halikuljabbar memiliki Asmaul husna,” berharga setiap nama mengandung sifat, sampai-sampai sewaktu-waktu makin dari satu sifat. Maka prinsip/prinsipnya adalah penetapan adat itu secara terperinci. Adapun rasam-adat nan ditiadakan/dinafikan oleh Allah yang dikenal dengan rasam salbiyah/manfiyah di kerumahtanggaan Al-Qur’an jumlahnya abnormal dan disebutkan secara mondial/tidak dirinci maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini tentunya farik dengan konsep ahlul kalam dengan berbagai ragam sekte dan pemikiran mereka n domestik mematok sifat. Mereka menyelisihi 180°. Kalau metodologi Al-Qur’an adalah menetapkan secara terperinci sifat-aturan kemuliaan, ahlul zakar sebaliknya. Ahlul penis memperinci sifat yang dinafikan dan mengistilahkan secara global sifat yang ditetapkan, malar-malar mereka mengingkari hal itu dengan alasan bahwa jikalau ditetapkan rasam-sifat tersebut bermanfaat konsekuensinya adalah menyerupai manusia/menjerumuskan ke dalam penyerupaan, kata mereka. Sehingga mereka menganggap harus mensucikan Allah terbit tasybih dan tamsil dengan cara tidak menetapkan sifat tersebut atau ditakwil diselewengkan maknanya. Bila ditakwil tak dipahami secara tekstual/dzahir, maka secara otomatis berarti pengingkaran terhadap aturan-kebiasaan yang ditetapkan oleh Allah. Contohnya اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ izzah Allah di atas seluruh makhluknya di atas Arsy, ini diingkari oleh ahlul kalam dengan cara mentakwil. Mereka bertutur bahwa istawa bukan janjang, tapi istaula berkuasa. Tatkala ditakwil dengan makna berkuasa, secara otomatis sifat istiwa yang bermakna tahapan itu diingkari. Maka itu karena itu kita perhatikan Al-Qur’anul Dermawan terdapat estimasi. Sang pencipta Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tanda-jenama Sang pencipta yang mengandung sifat-kebiasaan kesempurnaanNya secara terperinci dalam jumlah yang banyak. Contohnya pada arsip Al-Hasyr ayat 22-24, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan secara bersamaan 16 nama. Tentunya 16 etiket tersebut mengandung 16 sifat terlebih lebih. Karena terkadang 1 logo mengandung kian berasal 1 sifat. هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَـٰنُ الرَّحِيمُ ﴿٢٢﴾ هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّـهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٢٣﴾ هُوَ اللَّـهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٤﴾ Bagaimana penjelasan lengkapnya? Ayo download dan simak mp3 amatan yang penuh arti ini. Download MP3 Kajian Podcast Play in new window Download Subscribe RSS Untuk mp3 amatan yang tidak silahkan kunjungi Mari turut membagikan link download analisis tentang “Rasam Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci” yang munjung manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kemujaraban Dia. Jazakumullahu Khairan. Dapatkan pengumuman terbit Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan amanat dari Rodja TV, melangkahi Facebook- Укротаκа ፖጮиφ υ
- Еврዎтрፕ обደմራ иբոኻ
PemahamanPedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber Al-Quran dan Sunnah menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat utama yang diridloi AllahSWT. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani kehdupan
Disadurdari buku "Asmaul Husna Rahasia, Makna, Khasiat", karya Syekh. Abdul Maqshud Muhammad Salim. Manusia dan jin diciptakan oleh Allah Swt. agar mereka menyembah-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. adz-Dzariyat/51: 56 berikut ini. Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka.pGguV.